Satu Data Indonesia di International Data Industry Alliance (IDIA) Global Summit 2025: Data sebagai Aset Geostrategis
Mulia Megantari
Jumat, 18 Juli 2025 pukul 07:07
1

Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam membangun tata kelola data yang berdaulat, inklusif, dan kolaboratif dalam forum International Data Industry Alliance (IDIA) Global Summit 2025. Rama Notowidigdo, Staf Khusus Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, hadir menyampaikan keynote speech tentang pergeseran paradigma dalam pengelolaan data lintas negara: data enclave sebagai aset geostrategis masa depan di CyberArena, Level 2, The Arcade,100 Cyberport Road, Hongkong. (27/5)
Forum IDIA ini menjadi ruang strategis untuk mempertemukan para pemimpin dan inovator di sektor data dari berbagai negara dan lembaga. Dalam sesi panel dan diskusi, hadir sejumlah tokoh penting yang turut memperkaya dialog mengenai masa depan tata kelola data dan kolaborasi digital, di antaranya: (1) Prof. Herbert CHIA, JP, Co-Chairman IDIA sekaligus Senior Advisor Alibaba Cloud (North Asia Pacific & Southeast Asia), yang menyoroti pentingnya arsitektur data yang tangguh dan keamanan siber sebagai prioritas utama, (2) Andy JIANG, Vice President KN Group, yang berbagi perspektif industri mengenai dinamika transformasi digital dan integrasi teknologi data lintas sektor serta (3) Trairat Viriyasirikul, Deputy Secretary General dan Acting Secretary General dari The Office of the National Broadcasting and Telecommunications Commission of Thailand (NBTC), yang menggarisbawahi pentingnya regulasi progresif dalam mendukung inovasi dan interkoneksi data antarnegara.
“Dunia saat ini tidak hanya ditentukan oleh batas wilayah atau sumber daya alam. Data kini menjadi sumber daya strategis yang nilainya melampaui minyak dan emas,” ungkap Rama dalam sesi pleno yang dihadiri tokoh-tokoh penting dari pemerintahan, sektor industri data, dan lembaga pembangunan internasional.
Namun, lanjutnya, arus data lintas negara yang semakin deras justru menimbulkan tantangan baru terkait kedaulatan, keamanan, dan kepercayaan. Berbagai negara merespons dengan regulasi data lokal yang ketat, namun pendekatan ini berisiko menciptakan fragmentasi digital dan menghambat inovasi global.
Dalam konteks inilah konsep data enclave diperkenalkan. Rama menjelaskan bahwa data enclave adalah lingkungan digital yang aman, teratur, dan terpercaya, yang memungkinkan penyimpanan dan analisis data lintas negara tanpa kehilangan kendali kedaulatan. “Bayangkan data enclave seperti kedutaan besar digital yang tetap tunduk pada hukum asalnya, tetapi mampu membangun jembatan kerja sama dengan mitra luar negeri,” jelasnya.
Teknologi privasi seperti confidential computing, secure multi-party computation, dan federated learning menjadi fondasi dari sistem ini. Kepercayaan tidak lagi hanya bergantung pada hukum tertulis, melainkan dirancang langsung ke dalam arsitektur system dengan enkripsi, kontrol akses terverifikasi, hingga immutable logs. “Ini adalah pergeseran dari ‘trust by law’ ke ‘trust by design’,” tegas Rama.
Lebih jauh, ia menyampaikan bagaimana pendekatan ini dapat mendorong kolaborasi global dalam menghadapi tantangan bersama. “Bayangkan jika kita dapat menggabungkan data genomik dari Asia Tenggara, data lingkungan dari Uni Eropa, dan keahlian AI dari Amerika Utara semua tanpa melanggar hukum kedaulatan data,” tuturnya. Menurutnya, data enclave bukan lagi wacana, melainkan solusi nyata.
Dalam kesempatan tersebut, Rama juga mengangkat peran Indonesia melalui inisiatif Satu Data Indonesia. “Indonesia telah membangun arsitektur data terpadu lintas kementerian dan pemerintah daerah untuk memastikan interoperabilitas dan aksesibilitas, tanpa mengorbankan prinsip kedaulatan,” ujarnya. Kini, inisiatif ini tidak hanya membangun kepercayaan di dalam negeri, tetapi mulai menjajaki potensi kolaborasi regional dan global.
“Dengan Satu Data Indonesia, kami ingin menjadi bagian dari tatanan digital global tanpa kehilangan arah nasional. Kami percaya masa depan tata kelola data dunia bukanlah fragmentasi, melainkan federasi,” tegas Rama, seraya mengajak seluruh pihak untuk menjadikan data enclave sebagai jalan tengah antara keterbukaan dan perlindungan.
Selain sesi pleno, Indonesia juga berkontribusi dalam Panel 1: Reliable and Trustworthy AI in Practice, yang dipandu oleh Prof. Herbert CHIA, JP selaku Co-Chairman IDIA dan Senior Advisor Alibaba Cloud. Panel ini mempertemukan para pemimpin teknologi dari berbagai sektor untuk membahas penerapan Artificial Intelligence (AI) yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab seperti Dr. Crystal FOK (Director of AI Application, AISC Project Team, Cyberport) dan Lewis FUNG (Managing Director Asia Business Group, SenseTime). Salah satu narasumber utama adalah Dini Maghfirra, Direktur Data untuk Pembangunan dan Pemerintahan Digital Kementerian PPN/Bappenas, yang menyoroti pentingnya kebijakan berbasis data dan pendekatan inklusif dalam pengembangan AI di sektor publik.
“Kepercayaan terhadap AI tidak bisa dibangun hanya melalui teknologi. Harus ada transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi publik dalam setiap kebijakan yang melibatkan penggunaan AI, terutama di sektor pelayanan publik,” ungkap Dini. Ia menambahkan bahwa Indonesia tengah mengembangkan kerangka tata kelola AI yang terintegrasi dengan arsitektur Satu Data Indonesia, untuk memastikan bahwa Artificial Intelligence dapat mempercepat pembangunan manusia tanpa mengabaikan aspek etika dan perlindungan privasi.
Dini juga menekankan pentingnya AI for Public Good yang kontekstual dan sesuai kebutuhan nasional. “Kami percaya bahwa AI yang relevan adalah AI yang memahami konteks lokal, menjawab kebutuhan masyarakat, dan memperkuat kapasitas institusi pemerintah, bukan menggantikannya,” ujarnya. Menurutnya, kolaborasi antara pembuat kebijakan, pelaku industri, dan komunitas riset menjadi kunci untuk menciptakan ekosistem AI yang inklusif dan berkelanjutan.
Mengakhiri keterlibatannya di IDIA, Dini menyampaikan bahwa Indonesia membuka ruang kerja sama yang luas dalam pengembangan data dan AI secara inklusif. “Kami ingin menjadi bagian dari solusi global, tetapi tetap berpijak pada kedaulatan dan kebutuhan bangsa,” tutupnya.
Partisipasi Indonesia dalam IDIA Global Summit 2025 menegaskan posisi strategis Indonesia dalam peta transformasi digital global. Melalui Satu Data Indonesia, konsep data enclave, dan pengembangan AI yang bertanggung jawab, Indonesia terus membangun jembatan antara kedaulatan nasional dan kolaborasi internasional menuju tata kelola data yang adil, aman, dan berkelanjutan.
Penulis: Tridias Soja Anggraini
Editor: Mulia Megantari
Satu Data Indonesia
Kementerian PPN/Bappenas

"Dapatkan informasi terkini dari Satu Data Indonesia
langsung lewat email Anda."